Aku, dan Pekerjaan Diatas Awan.
Saat aku kecil, mungkin kedua orangtua ku sudah memiliki keinginan untuk jadi apa aku saat dewasa nanti. Tidak jauh-jauh dari mereka menginginkan aku agar menjadi orang yang cerdas, beruntung, berguna bagi banyak orang, bisa memberi contoh dan pengaruh baik kepada setiap orang disekitarku, dan bisa melanjutkan kehidupanku dengan lebih baik dimasa mendatang. Demikian pula denganku, memiliki keinginan saat masa dimana aku mulai bersekolah tingkat taman kanak-kanak. Guru selalu menanyakan hal yang sudah biasa mereka tanyakan kepada anak muridnya yang masih berusia 4-5 tahun yaitu “apa cita-cita kalian?” dan saat itu aku tidak mengetahui apa itu cita-cita dan apa maksudnya.
Oh, ternyata cita-cita itu adalah keinginan kita mau menjadi apa saat kita besar nanti. Aku masih belum tau apa cita-cita ku saat itu. Seiring berjalannya waktu, banyak pelajaran yang aku dapat dan banyak pekerjaan-pekerjaan yang menarik diriku agar bisa memiliki pekerjaan tersebut. Dari situ aku mulai menyukai beberapa pekerjaan dan menetapkannya untuk menjadi cita-citaku dimasa depan tanpa mengetahui butuh kerja keras untuk mendapatkannya. Guruku hanya selalu bilang “kalau mau tercapai, harus rajin belajar ya biar pintar” dan aku pun meng-iya kan. Cita-cita ku banyak saat itu. Mulai dari aku ingin menjadi dokter, arsitek, bahkan astronot pun pernah aku impikan. Dan cita-cita tersebut terus menjadi jawaban atas setiap pertanyaan “Cita-cita kamu apa?” sampai aku meduduki pendidikan tingkat SMP.
Ketika aku menaiki tangga pendidikan yang semakin tinggi yaitu SMA, disaat aku memasuki masa remaja, pemikiran ku pun juga berubah-ubah tentang pandangan hidup, masih labil dengan bertanya-tanya sebenarnya mau jadi apa aku besar nanti. Cita-cita dimasa kecil ku pun tiba-tiba hilang dan kesemangatan ku menggapainya juga hilang. Akhirnya aku sadar cita-cita tersebut hanyalah sebatas keinginan biasa, bukan keinginan yang datang dari hati, dan aku harus memulai mencari cita-cita yang pantas dengan kemampuan dan keinginan dari hatiku sendiri. Tetapi aku tidak tau apa itu.
Saat ada yang memberi pertanyaan “nanti mau masuk Universitas mana?” atau “kuliah nanti mau ambil jurusan apa?” aku hanya bisa menjawab
1 comments: