KEBUDAYAAN INDONESIA

4:49:00 AM pinkanashya 0 Comments

BAB I

PENDAHULUAN


1.1   Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah yang terbentang di sekitarnya. Ini menyebabkan keanekaragaman suku, adat istiadat dan kebudayaan dari setiap suku di setiap wilayahnya. Hal ini sungguh sangat menakjubakan karena biarpun Indonesia memiliki banyak wilayah, yang berbeda suku bangsanya, tetapi kita semua dapat hidup rukun satu sama lainnya.

Namun, sungguh sangat disayangkan apabila para generasi penerus bangsa tidak mengetahui tentang kebudayaan dari setiap suku yang ada. Kebanyakan dari mereka hanya mengetahui dan cukup mengerti tentang kebudayaan dari salah satu suku yang ada di Indonesia, itu juga karena pembahasan yang sering dibahas selalu mengambil contoh dari suku yang itu-itu saja. Maka dari itu, tulisan ini akan menjelaskan beberapa ragam kebudayaan yang ada di Indonesia.

1.2   Rumusan Masalah

Dalam tulisan ini akan dijelaskan beberapa contoh dari sekian banyaknya kebudayaan yang ada di Indonesia, dan juga beberapa permasalahan yang pernah atau sedang terjadi pada kebudayaan tersebut.

1.3   Manfaat dan Tujuan

          Manfaat:

1.      Sebagai informasi bagi masyarakat Indonesia tentang budayanya sendiri
2.      Memberi pengetahuan lebih tentang beberapa kebudayaan yang akan dijelaskan di tulisan ini
3.      Melihat perkembangan budaya Indonesia dari waktu ke waktu dalam era abad ini

Tujuan:

1.      Agar pembaca mengetahui lebih jauh tentang beberapa kebudayaan Indonesia
2.      Agar senantiasa bisa menyalurkan ilmu yang didapat dari tulisan ini kepada orang lain
3.      Agar lebih bisa menghargai dan mencintai kebudayaan Indonesia sendiri


BAB II

ISI


2.1 PENGERTIAN BUDAYA

            Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas.

Beberapa pengertian tentang budaya menurut para ahli, diantaranya :

1.      Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual, dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

2.      Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

3.       Selo Soemardjan, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.


2.2 KEBUDAYAAN DI INDONESIA

            Indonesia memang dikenal dengan keanekaragaman budayanya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda. Berikut ini beberapa macam kebudayaan Indonesia

Ø BUDAYA BALI

Bali merupakan kepulauan terkecil di Indonesia. Namun, walaupun terkecil pulau Bali merupakan pulau yang paling terkenal bahkan lebih terkenal dari Indonesia nya sendiri. Jumlah keseluruhan penduduk Bali mencapai tiga juta jiwa lebih, meliputi unsur Hindu mayoritas dan unsur Bali Aga minoritas.
Meskipun efek dari globalisasi dan derasnya informasi sangat kuat, kebudayaan khas yang telah lama mengakar pada masyarakat Bali tetap kokoh sebagai ciri khas mereka. Mungkin perubahan terjadi, tapi mereka sepertinya bisa menyelaraskannya kembali, salah satu budaya yang terdapat pada Bali adalah Tari Kecak.

TARI KECAK




            Tari kecak biasa disebut tari Cak atau Api (Fire Dance) merupakan tari pertunjukan masal atau hiburan dan cenderung sebagai sendratari yaitu seni drama dan tari karena seluruhnya menggambarkan seni peran dari lakon pewayangan seperti Rama Sita dan tidak secara khusus digunakan dalam ritual agama hindu seperti pemujaan, odalan dan upacar lainnya.

            Tari kecak diciptakan oleh Wayan Limbak dan Walter Spies seorang pelukis dari Jerman sekitar tahun 1930. Sebenarnya tari kecak berasal dari Sanghyang, yaitu tradisi tarian yang tradisinya akan berada pada kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat. Tari kecak merupakan tarian yang sangat khas. Tarian ini diperagakan oleh puluhan penari laki-laki yang mengenakan kain kota-kotak hitam putih, duduk melingkar dan menggerakan tangan keatas secara serempak.

            Tari kecak terus mengalami perubahan dan perkembangan sejak tahun 1970-an. Perkembangan yang bisa dilihat adalah dari segi cerita dan pementasan. Dari segi cerita untuk pementasan tidak hanya berpatokan pada satu bagian dari Ramayana tapi juga bagian cerita yang lain dari Ramayana. Kemudian dari segi pementasan juga sudah mulai mengalami perkembangan tidak hanya ditemui di satu tempat seperti Desa Bona, Gianyar namun juga desa-desa lain di Bali mulai mengembangkan tari kecak sehingga di Bali terdapat puluhan group kecak  dimana anggotanya bisanya para anggota Banjar.

FUNGSI DAN MANFAAT TARI KECAK:

1.      Tari sebagai upacara

Fungsi tari sebagai sarana upacara merupakan bagian dari tradisi yang ada dalam suatu kehidupan masyarakat yang sifatnya turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya sampai masa kini yang berfungsi sebagai ritual.

2.      Tari sebagai sarana hiburan

Salah satu bentuk penciptaan dari ditujukan hanya untuk di tonton. Tari ini memiliki tujuan hiburan pribadi lebih mementingkan kenikmatan dalam menarikan.

3.      Tari sebagai sarana pertunjukan

Tari pertunjukan adalah bentuk komunikasi sehingga ada penyampaian pesan dan penerimaan pesan. Tari ini lebih mementingkan bentuk estetika daripada tujuannya. Tarian ini lebih digarap sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.

4.      Tari sebagai sarana pendidikan

Tari yang digunakan untuk sarana pendidikan dengan mengajarkan di sekolah-sekolah formal.

NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM TARI KECAK:
           
Filsafat hitam-putih yang ada dalam Epos Ramayana juga semakin memperjelas nilai-nilai yang terkandung dalam Tarian Kecak. Karena dalam Epos Ramayana diperlihatkan secara jelas antara yang baik dan yang buruk, berbeda dengan Epos Mahabrata, yang merupakan filsafat abu-abu.

            Adapun nilai-nilai yang terkandung adalah:

1.      Nilai Religius
Nilai religius terlihat jelas pada adegan tiga, dimana Rama memohon pertolongan pada Dewata. Hal ini menunjukan bahwa dalam cerita tersebut sangat mempercayai kekuatan Tuhan untuk menolong dirinya. Orang Bali yang sangat menjanga nilai adat dan religi dalam tarian itu maka penari perempuan haruslah memakai kemben (baju adat Bali) bukan telanjang dada seperti penari prianya. Jadi penari perempuan belum pernah dipasang pada posisi pasukan kera.

2.      Nilai Moral
Dalam adegan-adegan Tari Kecak yang mengambil cerita Ramayana terdapat banyak sekali nilai-nilai moral yang dihadirkan. Seperti, kesetiaan Shinta pada suaminya (Rama), kesetiaan Laksmana pada kakaknya. Nilai moral juga terlihat pada burung garuda yang ingin menolong Shinta dari cengkraman Rahwana sampai ia mengorbankan sayapnya. Dalam cerita tersebut, Rahwana sebagai pemegang sifat buruk, tamak, serakah, dan sebagainya. Ia bahkan mengambil apa yang bukan miliknya secara paksa. Kesetiaan juga terlihat pada adik kandung Rahwana yang bernama Kumbakarna, meskipun ia tidak menyukai tindakan kakaknya akan tetapi ia tetap membantu kerajaannya berperang melawan pasukan Rama sebagai bukti kesetiaannya pada negara.

3.      Nilai Estetika
Gerakan tari kecak yang sangat indah, khas dan sangat unik menjadi alasan saya menjadikannya sebagai sebuah nilai estetika. Selain itu, unsur gerak dan bunyi menjadi ciri khas tarian kecak menjadi bagian yang paling sederhana yang dilakukan secara seragam dan bersamaan sehingga menjadi filosofi penting persaudaraan yang universal.


PERMASALAHAN YANG TERJADI PADA TARI KECAK

      Tari kecak merupakan budaya yang tidak lepas dari dampaknya baik positif ataupun dampak negatif. Beberapa dampak positif dan negatif dari tari kecak antara lain:

POSITIF:

1.      Tari kecak bisa lebih dikenal dikalangan domestik ataupun internasional
2.      Membawa citra tari kecak kearah yang lebih baik
3.      Tari kecak semakin diperhitungkan keberadaannya khususnya di Indonesia dan umumnya di Internasional.
4.      Tari kecak sudah menjadi pertunjukan umum para wisatawan di Bali

NEGATIF:

1.      Tari kecak masih mengandung mistis yang sangat kuat sehingga bisa mempengaruhi kepercayaan dan keimanan seseorang
2.      Ketakutan akan pengeksploitasian oleh wisatawan asing ataupun wisatawan domestik


Ø BUDAYA PROBOLINGGO

Perlu kita ketahui bersama Kota Probolinggo adalah kota yang memiliki berbagai macam potensi dasar dalam pembangunan. Hal ini dapat dilihat dari berbagai macam aspek dan potensi yang dimiliki seperti potensi perikanan, pertanian dan kebudayaan sebagai salah satu aset untuk membangun Kota Probolinggo. Jika kita berbicara tentang kebudayaan, kebudayaan adalah aset yang sangat peka yang wajib dimiliki oleh setiap daerah karna budaya sendiri adalah suatu hasil dari pola tingkah laku yang didapat dan disampaikan melalui berbagai macam bentuk, seperti melalui kesenian, adat-istiadat bahkan kebiasaan yang sudah melekat dan sudah membentuk suatu kepribadian yang dilakukan baik individu maupun kelompok tertentu.

Banyak ragam kebudayaan Probolinggo yang tidak diketahui masyarakat, salah satunya adalah kebudayaan Kemplang Bergending.

KEMPLANG BERGENDING



Musik Kemplang Bergending adalah musik tardisional yang berkembang di Kabupaten Probolinggo, Kecamatan Krejengan, Desa Sentong, Dusun Kademangan. Kemunculan kesenian ini sebenarnya masih belum pasti, namun menurut Abdul Asep dapat diperkirakan sejak jaman Belanda yang masih diketuai oleh Sanapin. Abdul Asep merupakan anak dari Sanapin. Pada jaman tersebut kesenian musik Kemplang Bergending masih bernama Kemplang yang merupakan musik instrumental, karena komposisi yang disajikan hanyak menggunakan alat musik kemplang, kendhang, kencer, dan jidor saja, tanpa ada tembang atau lagu. Musik kemplang juga merupakan ansambel perkusi, karena setiap alat musik dimainkan dengan cara dipukul atau di tabuh. Kemplang merupakan musik instrumental, karena disetiap sajiannya tidak menyajikan vokal.

Menurut Abdul Asep istilah kemplang diambil dari salah satu alat musik yang dipakai dalam musik ini. Kemplang sendiri diambil dari simbol bunyi yang dikeluarkan oleh alat musik tersebut berbunyi “plang”. Menurut warga sekitar Kabupaten Probolinggo, Kemplang juga bisa disebut Keplak yang berarti sebuah pukulan.

Menurut simbol bunyi dan arti kata Kemplang di masyarakat Kabupaten Probolinggo, mulailah musik ini muncul dan bernama Kemplang. Kemunculan kesenian musik Kemplang, awal mulanya karena pada jaman Belanda masih belum berkembang sebuah alat komunikasi dan elektronik, sehingga warga sekitar yangmemiliki sebuah acara atau hajatan kesulitan untuk mempublikasikan agar acaratersebut menjadi ramai dan menjadi pusat perhatian. Dari keadaan itu, Sanapin mulai mengumpulkan kerabatnya dan mulai menciptakan alat musik yang serupa Kendhang untuk menciptakan kesenian musik Kemplang. Pada sebuah acara atau hajatan yang menampilkan kesenian ini pada jaman tersebut, selalu ramai dan menjadi pusat perhatian sekaligus hiburan. Hal tersebut karena warga sekitar yang mendengar alunan tabuhan musik Kemplang merasa tertarik untuk menyaksikan dan mengetahui bahwa disuatu tempat terdapat sebuah acara atau hajatan.

Pada setiap hajatan musik Kemplang selalu menyajikan komposisinya sendiri. Hingga saat ini kesenian Kemplang memiliki beberapa komposisi yang masih dijaga. Belum diketahui secara pasti bagaimana dan kapan pola komposisi tersebut tercipta, hanya saja pola komposisi telah di akui dimainkan dan diajarkan oleh Sanapin kepada Abdul Asep sebagai turunan ke 2. Beberapa pola komposisi tersebut adalah Wakaji, Ijo-ijo, dan Pantangan. Komposisi yang merupakan hasil karya Sanapin masih belum diketahui dengan pasti bagaimana proses penciptaannya sehingga menghasilkan suatu karya komposisi Wakaji, Ijo-ijo, dan Pantangan.

Sekitar tahun 1948 Sanapin mulai mencari regenerasi. Dalam proses regenerasi, Sanapin mulai mengumpulkan anak, saudara, anak-anak kerabatnya maupun warga sekitar yang merasa tertarik dan mau berlatih dalam kesenian musik Kemplang. Sanapin mulai mengamati siapa saja yang mempunyai bakat atau kualitas bermain musik ini dengan baik untuk mewarisi musik Kemplang.

Pada tahun1950 an, Sanapin mulai memberikan hak sepenuhnya kepada Abdul Asep untuk terus melestarikan musik Kemplang. Pemberian hak musik Kemplang Bergending sepenuhnya kepada Abdul Asep ,mengalami kejayaan yang cukup meningkat. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya permintaan untuk menyajikan dan kerap kali meramaikan hari-hari besar umat Islam didusun mereka tinggal. Para pemain mengaku sangat senang ikut aktif dan melestarikan kesenian musik ini. Selain itu pengakuan warga desa Sentong, dalam setiap pertunjukan yang dihadiri oleh masyarakat sekitar dapat menjalin sarana silaturahmi antar warga Desa Sentong dan para pemain dapat menambah keuangan perekonomian.


          FUNGSI MUSIK KEMPLANG BERGENDING

Di jaman modern, perkembangan seni semakin tidak dapat dipisahkan darikehidupan manusia. Sehingga perkembangan manusia dalam menciptakan dan menggunakan semakin dapat dirasakan. Pada perkembangan selanjutnya, manusia telahmenciptakan karya seni yang berdaya guna dalam kehidupan mereka. Seni juga menduduki fungsi-fungsi tertentu dalam kehidupan manusia. Apabila dicermati denganseksama, ternyata seni pertunjukan memiliki fungsi yang sangat kompleks dalam kehidupan manusia. Fungsi seni pertunjukan menurut Soedarsono dapat dikelompokanmenjadi dua, yaitu fungsi primer dan skunder.Seperti yang telah dikemukakan oleh Soedarsono, fungsi seni pertunjukan terbagi menjadi 2 yaitu fungsi primer dan sekunder. Beberapa Fungsi pada musik  Kemplang  Bergending sebagai seni pertunjukan juga memiliki fungsi primer dan skunder. Berikut akan dijelaskan mengenai

FUNGSI PRIMER:

1.      Sebagai sarana hiburan pribadi.

Musik Kemplang Bergending menjadi sebuah hiburan yang penikmatnyaadalah pribadi-pribadi yang melibatkan diri dalam pertunjukan, baik melibatkan diri dengan menjadi pelaku seni, ataupun penikmat seni. Kemplang Bergending biasanya digunakan sebagai hiburan pada suatu hajatan.

2.      Sebagai presentasi estetis.

Sebagai presentasi estetis tidak lain adalah pertunjukan yang harus dipresentasikan atau disajikan kepada penonton. Begitu pula pada musik Kemplang Bergending. Setiap penampilannya selalu disajikan kepada penonton. Meskipuntidak dibantu oleh pengeras suara, selalu mampu menarik penonton untuk menikmati sajian musik dan penampilan dalam penyajiannya.

FUNGSI SEKUNDER:

1.      Sebagai pengikat solidaritas kelompok masyarakat

Pemain musik  Kemplang Bergending sebagian besar adalah penduduk didaerah Kecamatan Krejengan walaupun hanya berbeda Desa yang mereka tinggal.Hal ini tentu membangun solidaritas suatu kelompok masyarakat tertentu. Selain itusolidaritas keluarga para pemain ikut merasakannya, hal ini ditandai dengan berlangsungnya arisan pemain sekaligus latihan agar musik ini tetap terjaga dansebagai sarana silahturahmi dalam setiap keluarga.

2.      Sebagai media komunikasi masa

Pada era belum berkembangnya sebuah alat komunikasi dan elektronik yang canggih, musik ini selain berfungsi sebagai sarana hiburan untuk memeriahkan suatu hajatan seperti temanten, kitanan, pengajian, dan hari besar umat Islam. Selain itu musik ini juga berfungsi sebagai sarana publikasi masa.

3.       Sebagai media propaganda (keagamaan, politik, programpemerintah)

Suatu kesenian juga tidak jarang menarik perhatian pemerintah sekitar. Hal ini karena selain kesenian juga merupakan budaya bangsa yang harus dilestarikan, kesenian juga mampu menarik ketertarikan masyarakat. Kepedulian pemerintah Probolinggo terhadap kesenian Kemplang Bergending ini ditandai dengan menampilkan kesenian ini di beberapa acara pemerintahan setempat.

                        PERMASALAHAN KEBUDAYAAN KEMPLANG BERGENDING

Kemunculan dan kejayaan kelompok musik Kemplang bergending yang lain tidak  berlangsung lama. Beberapa tahun kemudian, seiring perkembangan alat komunikasidan elektronik. Sekitar tahun 1980 musik Kemplang sedikit demi sedikit mulai mengalami menurunnya permintaan untuk pertunjukan musik ini. Menurut para pemain musik Kemplang, hal ini diduga disebabkan oleh perkembangan alat elektronik dankomunikasi yang semakin lama semakin canggih seperti tape yang menggunakan speaker, sehingga masyarakat di Kabupaten Probolinggo mulai tidak tertarik padakesenian musik Kemplang dan memilih menggunakan tape untuk meramaikan dalamsuatu hajatan. Kemunduran tingkat permintaan selain dirasakan oleh Abdul Asep, jugadirasakan oleh kelompok musik Kemplang lainnya. Mengakibatkan kelompok tersebuttidak lagi meneruskan perjalanan musik ini yang seakan-akan mati.


Ø BUDAYA SULAWESI SELATAN (TORAJA)

Suku Toraja memiliki sedikit gagasan secara jelas mengenai diri mereka sebagai sebuah kelompok etnis sebelum abad ke-20. Sebelum penjajahan Belanda dan masa pengkristenan, suku Toraja, yang tinggal di daerah dataran tinggi, dikenali berdasarkan desa mereka, dan tidak beranggapan sebagai kelompok yang sama. Meskipun ritual-ritual menciptakan hubungan di antara desa-desa, ada banyak keragaman dalam dialek, hierarki sosial, dan berbagai praktik ritual di kawasan dataran tinggi Sulawesi. “Toraja” (dari bahasa pesisir to, yang berarti orang, dan Riaja, dataran tinggi) pertama kali digunakan sebagai sebutan penduduk dataran rendah untuk penduduk dataran tinggi. Akibatnya, pada awalnya “Toraja” lebih banyak memiliki hubungan perdagangan dengan orang luar seperti suku Bugis, suku Makassar, dan suku Mandar yang menghuni sebagian besar dataran rendah di Sulawesi daripada dengan sesama suku di dataran tinggi. Kehadiran misionaris Belanda di dataran tinggi Toraja memunculkan kesadaran etnis Toraja di wilayah Sa’dan Toraja, dan identitas bersama ini tumbuh dengan bangkitnya pariwisata di Tana Toraja. Sejak itu, Sulawesi Selatan memiliki empat kelompok etnis utama; suku Bugis (meliputi pembuat kapal dan pelaut), suku Makassar (pedagang dan pelaut), suku Mandar (pedagang, pembuat kapal dan pelaut), dan suku Toraja (petani di dataran tinggi).

Seperti pada umumnya, Toraja memiliki banyak kebudayaan dan tradisinya yang bisa dibilang cukup ekstrim yang salah satunya yaitu Upacara Pemakaman.

               UPACARA PEMAKAMAN



Dalam masyarakat Toraja, upacara pemakaman merupakan ritual yang paling penting dan berbiaya mahal. Semakin kaya dan berkuasa seseorang, maka biaya upacara pemakamannya akan semakin mahal. Dalam agama aluk, hanya keluarga bangsawan yang berhak menggelar pesta pemakaman yang besar. Pesta pemakaman seorang bangsawan biasanya dihadiri oleh ratusan orang dan berlangsung selama beberapa hari. Sebuah tempat prosesi pemakaman yang disebut rante biasanya disiapkan pada sebuah padang rumput yang luas, selain sebagai tempat pelayat yang hadir, juga sebagai tempat lumbung padi, dan berbagai perangkat pemakaman lainnya yang dibuat oleh keluarga yang ditinggalkan. Musik suling, nyanyian, lagu dan puisi, tangisan dan ratapan merupakan ekspresi duka cita yang dilakukan oleh suku Toraja tetapi semua itu tidak berlaku untuk pemakaman anak-anak, orang miskin, dan orang kelas rendah.

Upacara pemakaman ini kadang-kadang baru digelar setelah berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun sejak kematian yang bersangkutan, dengan tujuan agar keluarga yang ditinggalkan dapat mengumpulkan cukup uang untuk menutupi biaya pemakaman. Suku Toraja percaya bahwa kematian bukanlah sesuatu yang datang dengan tiba-tiba tetapi merupakan sebuah proses yang bertahap menuju Puya(dunia arwah, atau akhirat). Dalam masa penungguan itu, jenazah dibungkus dengan beberapa helai kain dan disimpan di bawah tongkonan. Arwah orang mati dipercaya tetap tinggal di desa sampai upacara pemakaman selesai, setelah itu arwah akan melakukan perjalanan ke Puya.

Bagian lain dari pemakaman adalah penyembelihan kerbau. Semakin berkuasa seseorang maka semakin banyak kerbau yang disembelih. Penyembelihan dilakukan dengan menggunakan golok. Bangkai kerbau, termasuk kepalanya, dijajarkan di padang, menunggu pemiliknya, yang sedang dalam “masa tertidur”. Suku Toraja percaya bahwa arwah membutuhkan kerbau untuk melakukan perjalanannya dan akan lebih cepat sampai di Puya jika ada banyak kerbau. Penyembelihan puluhan kerbau dan ratusan babi merupakan puncak upacara pemakaman yang diringi musik dan tarian para pemuda yang menangkap darah yang muncrat dengan bambu panjang. Sebagian daging tersebut diberikan kepada para tamu dan dicatat karena hal itu akan dianggap sebagai utang pada keluarga almarhum.

Ada tiga cara pemakaman: Peti mati dapat disimpan di dalam gua, atau di makam batu berukir, atau digantung di tebing. Orang kaya kadang-kadang dikubur di makam batu berukir. Makam tersebut biasanya mahal dan waktu pembuatannya sekitar beberapa bulan. Di beberapa daerah, gua batu digunakan untuk meyimpan jenazah seluruh anggota keluarga. Patung kayu yang disebut tau tau biasanya diletakkan di gua dan menghadap ke luar. Peti mati bayi atau anak-anak digantung dengan tali di sisi tebing. Tali tersebut biasanya bertahan selama setahun sebelum membusuk dan membuat petinya terjatuh.


            PERMASALAHAN UPACARA PEMAKAMAN TORAJA

                Dampak-Dampak Dari Pelaksanaan Pemakaman Adat Tana Toraja Pada satu sisi budaya ini dianggap positif. Bukan hanya dalam rangka melestarikan adat istiadat dan tradisi, tapi juga berdampak pada kehidupan keseharian masyarakat, terutama dengan kebersamaan dan kerjasama warga. Belum lagi jika dikaitkan dengan pengembangan sektor pariwisata, karena tradisi ini dianggap sebagai salah satu sektor unggulan dan sangat potensial mendatangkan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Di tingkat masyarakat perlu terbangun kesadaran bahwa pelaksanaan pesta yang berlebihan akan lebih banyak berimplikasi negatif dibandingkan positifnya.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

                Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki kebudayaan lokal yang bervariasi yang tersebar di seluruh penjuru daerahnya. Budaya tersebut harus dijaga agar dapat memperkokoh ketahanan budaya bangsa. Selain itu kita harus memahami arti kebudayaan serta menjadikan keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia sebagai sumber kekuatan untuk budaya bangsa. Selain itu diperlukan juga antisipasi atau cara-cara agar budaya lokal tidak tercampur dengan budaya asing.

3.2 Saran

                Perlu adanya perhatian yang besar terhadap budaya lokal yang kita miliki agar budaya lokal tidak hilang dan tetap terpelihara sebagai identitas suatu daerah tertentu. Melestarikan budaya lokal dengan aktif melakukan kegiatan penyelenggaraan kebudayaan dalam rangka mengenalkan lebih dekat kepada masyarakat tentang budaya-budaya lokal sehingga kita akan lebih menghormati dan mencintai kebudayaan di negeri kita Indonesia.



DAFTAR PUSTAKA


0 comments: